top of page
mediarasa

Aku dan Rama

Oleh : Visya


Hari masih pagi. Tepat pukul enam aku menghubungi Rama, teman baiikku. Tidak peduli apakah dia masih tidur atau sudah bangun, aku akan mengganggunya. Akhirnya aku memutuskan menghubunginya. Dan hal yang kudapati adalah notifikasi yang sangat menyebalkan.


"Nomor yang anda tuju sedang berada di panggilan lain"


"Telfonan sama siapa sih dia pagi-pagi begini." batinku.


Meski begitu aku terus saja menghubunginya. Sampai pada percobaan ketiga . . .


"Halo.."


"Halo Ram"


"Iya Vita. Ada yg bisa dibanting, haha?" Candanya seperti biasa.


"Mulai deh, Masih pagi juga. Aku mau minjem laptop dong. Laptop aku rusak. Dead Line tugasku hari ini. Aku belum ngerjain sama sekali. Pinjam yaa.. Sekalian bantuin ngerjain hehe." Jawabku panjang lebar tanpa jeda.


"Hmm.. Iya. Iya.. Kamu dimana sekarang?" Tanyanya.


"Masih dirumah sih hehe."


"Yaudah kita ketemu di depan kampus."


"Oke. Aku berangkat sekarang."


Selang tiga puluh menit kemudian, aku sudah sampai di depan kampus dan melihat Rama yang ternyata sudah menungguku diatas motor kesayanganya. Aku mensejajarkan motorku dengan motornya.


"Nggak sekalian ke dalem Ram?"


"Aku mau nganter Eza dulu cari tiket, Ntar aku temenin. Nih laptopnya." Rama menyerahkan laptopnya padaku dan menstater motornya meninggalkan aku sendiri.

Aku memutuskan mengerjakan tugasku di masjid kampus. Sembari menunggu kedatangan Rama. Aku mulai mengerjakan tugas akhir semester yang sebentar lagi wajib dikumpulkan. Jika tidak harus menerima konsekuensi mengulang semester depan. Dan aku tidak mau itu terjadi. Soal demi soal sudah terselesaikan. Sampai akhirnya panggilan dari Rama membuatku berhenti menatap layar laptop dan beralih menjawab panggilan dari Rama.


"Halo Ram."


"Mau ngerjain tugas disini aja apa mau keluar?"


"Pinginya sih keluar." Jawabku


"Yaudah ayok. Tengok kanan."


Aku menoleh ke kanan, mendapati Rama yang memberiku kode untuk segera mendatanginya. Telfon darinya kumatikan. Segera aku menuju ketempatnya. Yaa begitulah Rama, teman yang selalu bisa diandalkan haha..


Rama membawaku di sebuah Taman Kota. Tidak seberapa ramai karena memang hari masih pagi. Kami duduk tepat di tengah-tengah taman. Rama membantuku menjawab beberapa soal yang tidak aku pahami.


"Bagus ya baru dikerjain sekarang." Ujar Rama.


"Ya gitu deh, kan lagi ngetren sekarang. Ngerjain tugas kayak Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso yang bisa bikin banyak candi dalam semalam hehe..." Jawabku.


"Ini sih ga semalem namanya, tinggal beberapa jam lagi ini woi"


"iyaaa bos. Yang penting kan ada kamu yang siap bantu aku."


"gak ah lain kali ga akan aku bantu, sudah cukup ini yang terakhir."


"Kok gitu sih Ram, jahat ih."


"Udah lanjutin."


Entah sejak kapan aku mulai merepotkan Rama dalam segala situasi dan kondisi. Dan Rama selalu saja bisa membantuku. Tanpa sekalipun menolak. Dengan segala bentuk perhatian darinya, aku mulai menyadari hal aneh yang ada dalam diriku. Jantungku yang tiba-tiba berdebar lebih kencang saat bersamanya, senyum yang seakan tak mau lepas saat menatapnya, tiba-tiba merasa tidak nyaman saat dia berdekatan dengan perempuan lain. Entahlah, kenapa aku menjadi aneh seperti ini. Tiba-tiba aku mendengar telfon berdering. Bukan ponselku, sepertinya ponsel Rama.


"Bentar ya Vit, ngangkat telfon dulu." Rama agak menjauh dariku. Tiga menit kemudian dia kembali.


"Siapa Ram?"


"Hantu Tukang Telfon haha"


"Hmm becanda aja terus.."


"Lanjutin, keburu telat ngumpulin loh" Rama mengalihkan topik pembicaraan.

Pukul dua belas siang aku baru selesai mengerjakan tugas itu. Rama mengantarku kembali ke kampus untuk menyerahkan tugas pada ketua kelas. Rasa penasaran tentang sosok penelfon itu segera mungkin kuhilangkan. Aku tidak mau terus-terusan terpikirkan oleh itu. Diperjalanan seperti biasa, Rama membuka obrolan kecil.


"Vit tau gak kenapa orang suka cepet ngasih duit ke pengamen?"


"Enggak tau. kenapa emang?"


"Ketika ada pengamen terus langsung cepet cepet dikasih duit sama orang, itu bisa jadi karena dia risih. Kalo dikasihnya lama bisa jadi orangnya itu nikmatin. Tau nggak filosofinya itu sama seperti apa?"


"Kayak apa?"


"Sama seperti Tuhan. Ketika Tuhan mengabulkan doa kita begitu cepat bisa jadi Tuhan risih sama kita, ketika dikasihnya lama bisa jadi Tuhan seneng denger doa kita setiap saat. "


"Aku ga pernah sadar itu."


"Sadar kan sekarang? Haha.. Jadi jangan putus asa buat selalu doa sama Tuhan."


"Iya Rama, Siap bos." jawabku.


Tidak terasa Kampus sudah didepan mata. Sesampainya di kampus aku menyerahkan tugasku ke ketua kelas. Rama dan aku kembali ke rumah masing-masing dengan segala penasaranku tentang penelfon misterius yang ia sembunyikan dariku.


Aku cukupkan sekian ceritanya. Tentang Rama. Dia anak yang humoris. Disisi lain dia punya sejuta keajaiban yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Dia punya segudang ilmu dan cerita. Dan aku akan jujur pada perasaanku, bahwa aku mencintai Rama dengan segala keajaiban yang ia miliki.


Nantikan episode berikutnya, pengungkapan penelfon misterius. Wkwk..

37 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page