top of page
mediarasa

Catatan Dari Bukit Kupu-Kupu


Oleh : Visya


Drake namaku, orang-orang biasa memanggilku Keke. Minggu lalu aku baru saja di ajak ibuku pergi ke suatu tempat, perbukitan namun aku kurang tau tempat apa itu, disana kami menginap di rumah saudara. Liburan ini aku mengajak sahabatku dua orang, namanya Jacob dan Sinan. Mereka sudah aku anggap sebagai saudaraku terlebih kami teman sejak kecil, wajar kalau kemana-mana kami bertiga.


Pagi tepatnya menunjukkan pukul empat, aku terbangun bersama Jacob tiba-tiba di membisikkan suatu hal padaku “Ke, keluar yuk!!! Cari angin sambil jogging ngerasain angin pagi”. Aku yang separuh sadar mengangguk dan menyetujui keinginan sahabat ku yang satu ini, kebetulan Sinan cewek jadi dia gak sekamar denganku, yah kali sekamar sama cewek, hihihi. Pagi itu aku dengan Jacob keliling sekitar daerah dekat rumah sebab kami nggak punya kendaraan, jadi kami memutuskan untuk jalan kaki yah kan katanya jogging. Ketika aku keluar nggak tau nya Sinan udah nunggu di depan aku yang kaget sambil ku sapa dia Sinan baru bangun???” Wajahnya agak merengut dia menyahutinya dengan agak marah “kalian ini mau ninggal ya !!!” Ku kira Sinan masih tertidur jadi kami Cuma inisiatif berdua dan Jacob menyahuti kata-kata Sinan “ye biasanya lu jam segini masih tidur, jadi gak kita bangunin lah!!!” Dengan wajah Jacob yang agak ngeselin, lalu kami bertiga keluar jogging bareng.


Di tengah perjalanan Sinan ngedumel, “he guys aku capek jalannya nanjak kayak mau ndaki gunung!!!” Aku dengan Jacob awalnya biarin dan terusin jalan ke atas tapi lama-lama .Sinan kecapekan, akhirnya kami putusin berhenti di dekat sekolahan depannya ada tempat duduk. Kami pun melepas lelah sambil berbincang-bincang, tiba-tiba Jacob mengatakan sesuatu “kita ngumpul gini sampai kapan ya ??? Lama-lama kita makin jarang kumpul sebab kesibukan masing-masing, aku yang sibuk dengan kuliahku, Keke yang sibuk kuliahnya, dan Sinan yang sibuk dengan sekolahnya”. Sambil dia makan es krim aku yang ter-ngeh mendengar kata-katanya sambil Sinan yang agak bingung campur sedih. Kusahuti omongan Jacob tadi “yah mau gimana lagi jac kita ini bakal jadi gede gak mungkin kecil terus, lama-lama bakal sibuk dengan urusan sendiri tapi satu pesenku kita ini dari kecil udah bareng jangan sampe ntar gede kita lupa sama sahabat kita sendiri”. Tiba-tiba suasananya sedih sebab Jacob hampir lulus kuliah sedangkan dia akan praktik lapangan selama satu tahun dan Sinan juga mau lulus sekolah. Obrolan kami terputus di situ sebab ibu ku menyuruh kami pulang untuk makan.


Tiba-tiba dijalan Sinan menitihkan air mata “loh nan kenapa?” saut Jacob sambil terheran-heran melihat Sinan yang nangis tiba-tiba, sambil menangis Sinan nanggepin omongan Jacob “yah gimana lagi kita dari kecil barengan truss ntar pas gede misah sendiri-sendiri”. Sontak aku tertawa sebab ku kira yang di-omongin tentang hal yang serius “lah tak kira kenapa toh, lu ntar gede mau gak nikah gitu mau gak punya keluarga gitu main mulu !!! Kita bakal gede, kita bakal tetep kumpul ngapain nangis ???”. Sambil berbincang-bincang tak terasa kami sampai di rumah dan omongan tadi terhenti. Ibuku menyambut dengan omelan sebab tadi kami keluar belum pamit, apalagi ini daerah yang baru aku kunjungi belum lagi kami pergi pagi-pagi buta. Langsung kami pergi ke meja makan selesai makan aku dan Jacob keluar sebab kebiasaan ku merokok sehabis makan tapi sambil sembunyi-sembunyi. “Jac keluar yuk!!! Kebelet nih”. Jacob yang sudah paham langsung ku ajak keluar selesai itu kami pergi ke daerah pegunungan rumah pamanku.


Setibanya kami disana, langsung kita ber-tiga keluar cari angin. Sambil menaiki sepeda motor kami mengarah ke lereng bukit, dalam perjalanan ku lihat ada vila disampingnya ada seperti taman yang diberi ayunan. Pemandangannya indah ada banyak kupu-kupu disana, aku langsung memutuskan berhenti ditempat itu, sambil duduk-duduk santai melihat pemandangan disitu aku melihat kupu-kupu yang berterbangan banyak sekali, kukatakan pada Sinan dan Jacob “kupu-kupu itu awalnya sebuah ulat yang menjjikkan dia cuma bisa membuat yang lain takut, dia juga banyak membunuh tumbuhan sehingga dijadikan pak tani sebagai hama pengganggu, trus dia mengoreksi diri kenapa dia dibenci sambil dia membentuk kepompong dan dia merenung, sahut Jacob sambil bingung tau dari mana lu ke??”. Kubalas lagi : “Coba kamu lihat setelah dia lepas dari kepompong dia menjadi apa??? Kupu-kupu bukan ?”. Jacob dan Sinan mengangguk sambil bingung: “Dia sadar dan dia mencoba untuk merubah sikapnya sehingga menjadi kupu-kupu, yang membantu proses penyerbukan yang membuat senang orang yang melihatnya”. Sebab aku sering mengamati kupu-kupu dan ku kira kupu-kupu adalah contoh pelajaran hidup yang harus ku ambil. Tiba-tiba Sinan mengatakan: “okelah akan ku tiru kupu-kupu itu dia sabar dan dia berguna untuk tumbuhan sekitar, aku juga ingin berguna untuk orang lain”. sebab kami masih proses belajar keseharian kami pun tak luput dari senda gurau sehingga aku coba membuka pikiran mereka bahwa hidup ini bukan perihal main saja sahabat tetaplah sahabat namun ke depan kita akan menjadi orang dewasa dan perlu untuk mengetahui dunia luar lama kami berbincang-bincang di tempat itu.


Kita lanjutkan perjalanan semakin ke atas bukit, jalurnya yang curam serta jalannya yang berkelok tajam membuat kami was-was tapi namanya jiwa muda jadi kami tertantang untuk melanjutkan medan tersebut, tiba-tiba kejadian malang yang kami alami motor Jacob nggak kuat menanjak dan turun secara kencang, dan Jacob terpental hingga masuk jurang. Aku yang masih di atas kendaraan berteriak namun jarakku dengan Jacob amat jauh ku suruh Sinan untuk turun dan berlari menuju tempat itu, ku kira Jacob sudah terjatuh ternyata dia berpegangan dengan pohon yang berada di tepi jalan dan segera ku Tarik serta minta pertolongan warga. Orang-orang berkumpul membantu mengeluarkan Jacob beserta kendaraanya, Jacob yang nyengir seperti orang yang gak berdosa, selesai setelah semua aman kami segera pulang sebab jalurnya sudah gak aman. Hebatnya kendaraan Jacob serta dirinya sendiri nggak ada yang rusak ataupun lecet sehingga kami pulang dengan aman.


Setelah kejadian itu kami pulang dan menceritakan pada ibu ku, betapa cemas ia mendengarnya akhirnya kami menerima kultum dari ibu ku sebab kecerobohan kami. Memang perjalan kami tak terlupakan. Dari hal ceroboh, hal menyenangkan kami sejak kecil sering bersama segala masalah akan kita coba untuk menyelesaikannya bersama entah dari kami sendiri atau pun seperti hal tadi. Sebab menurut saya, sahabat adalah orang yang akan membantu kita dalam keadaan senang maupun sedih, jika kita terjatuh yang pertama kali tertawa dengan keras adalah sahabat kita namun mereka juga yang menolong kita dalam kondisi apapun. Kami pun segera pulang kembali ke rumah, sampai di rumah kami berpisah masing-masing sebab aku tingal di kos-kosan dan Sinan yang rumahnya sudah pindah jauh dari perumahan kami yang dulu, tapi hingga sekarang kami masih sering keluar bareng ntah itu Cuma ngopi atau berhibur diri.

19 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page