top of page
mediarasa

Duh, Gara–Gara Pemilu Semua Jadi Begini !!!

Updated: Dec 9, 2018


Oleh : Pandu Winar

Di pagi yang paling tenang ketika semburat langit mengguratkan warna merah mentari, Izul dengan khusyuk memulai ibadah ngopinya di kedai Cak Mat. Namun tak berselang lama ketenangan Izul terusik oleh kedatangan Faiq yang menampakkan wajah kesalnya dan bibirnya yang menggerutu tak karuan. Sebenarnya kekesalan Faiq bukan tanpa alasan, ia tak habis pikir saja, kenapa di sepanjang jalan menuju kedai Cak Mat, pohon- pohon yang berjejer seketika berubah menjadi gambar manusia dengan berbagai macam ekspresi, dari yang gagah perkasa dengan kumis tebal, atau yang sengaja digagah-gagahkan, hingga yang nglentruk kayak orang yang kena penyakit tipes.


“Duhh…sebel deh. Selalu saja begitu.. Setiap menjelang pemilu, poster bergambar wajah paslon itu selalu ada di hampir semua pohon. Parahnya, semua dipasang dengan cara dipaku. Bukankah itu menyalahi aturan, ya? Dasar gak tahu diri! Masak berjuang hanya modal spanduk! Perjuangan model apa? Dalam sejarah Islam hampir tidak ada syair-syair yang model spandukan!!”


“Sudah, Sabar..Sabar..” sahut Izul.


“Sebenarnya Iq, yang jadi masalah bukannya perjuangan mereka saat ini. Toh sejatinya mereka nggak ada yang ikhlas, semua berambisi pingin dipilih dan disebut. Intiya sekarang ini Iq, bagaimana mereka-mereka ini jadi pada rukun ketika jadi atau tidak, mesti rukun, silaturrahmi harus tetap berjalan, dan hati mereka padang jenggrang..”


“Saya jadi teringat nasihat Nabi Muhammad Saw yang disampaikan ustadz Umar saat pengajian kemarin malam Iq, Kira-kira begini isinya, “Janganlah kalian saling iri-dengki, dan janganlah saling dendam, dan janganlah saling mencari-cari kesalahan. Jadilah kalian sebagai saudara, seperti yang telah diperintahkan Allah Ta’ala.” Dari nasihat Nabi ini Iq, saya mencoba memahami bahwa sejatinya muslim itu saudara sesama muslim, tidak menzalimi, tidak saling merendahkan, tidak saling menghina. Dan taqwa itu ada di sini­, Izul menunjuk kearah dadanya. Maka dengan kriteria seseorang berbuat buruk adalah: menghina sesama saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap sesama muslim itu terhormat. Dari darahnya, harga dirinya, sampai hartanya."


Seketika Faiq bengong panjang. Merenungkan apa yang dikatakan sahabatnya tadi. “Seandainya sebuah pemilu berlangsung tanpa caci maki dan iri dengki, alangkah indahnya politik kita ini.”


Tiba-tiba Kang Akmal datang ke kedai itu, sedikit kepo dengan pembicaraan kedua sahabtnya tersebut, Kang Akmal sambil bersungut-sungut meminta Izul membacakan nasihat Nabi Saw itu. Tak berapa lama usai dibacakan tiba-tiba Kang Akmal nyeletuk: “Sebenarnya pada nasihat Nabi itu Zul, terdapat rahasia kemakrifatan kepada Allah Swt, Allah memerintahkan kita agar kita menepiskan diri dari sifat-sifat Iblisiyah, yaitu: Dengki. Kemudian membuang sifat Nafsaniyah, yaitu: Dendam pada Makhluk Allah Swt. Lalu naik dari sifat yang rendah yaitu: mencari-cari kesalahan orang. Dan bila kita meraih derajat sempurna melalui pemurnian diri, Allah Swt memrintahkan agar melihat sirnanya perbedaan antara satu sama lain dari sesama saudara beriman, dan hal ini merupakan perintah Allah Swt.”


Tak lama Faiq nyeletuk: “Iya Kang. Saya masih ingat kepada Iblis La’natullah yang memandang dirinya, lantas berkata tentang Adam: “Aku lebih baik dibanding dia..” maka Allah Swt, langsung melaknat dan melemparnya ke Neraka. Begitu juga terjadi kepada Malaikat, ketika mereka memandang tabihnya dan penyuciannya kepada Allah Swt, dengan mengatakan: “Sedangkan kami bertasbih dengan memujiMu dan menyucikanMu..”, maka Allah Ta’ala memberikn ujian kepada mereka dengan bersujud kepada Adam. Begitu pula setiap manusia yang mengatakan, “Aku..” maka “Pada saat yang sama Allah Ta’ala berfirman, Tidak! Namun Aku!” lantas Allah melemparkan siapa pun yang berkata “Aku” tadi kederajat yang paling rendah.”


“Weh, dapuranmu Iq sudah kayak utadz Umar saja heuheuheu.” Sahut Izul.


Mendengar ungkapan dari Faiq, tiba-tibs tubuh Kang Akmal merunduk kelu. Bibirnya begitu pucat. Dan tak lama..gubraakkk..ia terjatuh dari dingklik kedai.


Kang Akmal pingsan tiba-tiba. Faiq dan Izul begitu gelapan, jika melihat wajah keduanya ibarat “ketek ketolop” yang nggak tahu harus bagaimana.


“Ini karena kamu terlalu dalam menyambut uraian dari Kang Akmal, Iq!!” kata Izul.


“Lah, saya kan juga nggak sengaja bicara. Wong saya asal nyeplos aja kok… Tapi kalau karena perkataanku tadi, yah Alhamdulillah Zul..ini namanya pingsan Sufistik..heuheuheu.”


Izul hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil mengipas-ngipasi Kang Akmal yang pingsan itu.


“Hmmm pemilu…pemilu…hmmm gara-gara gambar spanduk yang dinggeremengi Faiq itu semua jadi begini…Hmmm”. Gumam Izul dalam hati.

79 views0 comments

Recent Posts

See All

Commentaires


bottom of page